Belajar dengan Makna: Catatan Kecil Seorang Manusia

Written on 08.35 by Unknown




"You do not have to be great to start, but you have to start to be great."- Zig Ziglar

Sumber: www.youthconnectmag.com

2015! Finally! Yeay! Kamu dapetin ucapan selamat tahun baru dari aku. Heheheh, penting banget gitu ya ditulis. Tapi, yah, bener, aku pengen ngucapin dengan setulus hati, selamat tahun baru buat kamu, karena telah 100% berhasil melewati satu tahun lagi yang penuh peristiwa, baik suka maupun dula, semoga satu tahun yang telah berlalu itu membuat kita menjadi manusia yang lebih baik.

Oke, sekarang kawan mungkin penasaran, kenapa ya si penulis artikel mengawali tulisannya dengan quote dari Zig Ziglar? Yah, sedikit banyak tulisan aku kali ini akan menceritakan sedikit pengalaman pribadi aku selama tahun lalu yang bisa dibilang nano-nano banget. Jika harus bercerita tentang aku dan Zenius, aku pikir kita harus mulai dari tahun lalu. Ya, tahun 2014 yang baru saja kita lalui itu, adalah awal kisah antara aku dan Zenius.

Awal Tahun yang Ramai Sekaligus Melelahkan


Januari 2014 adalah dimulainya semester terakhir aku berseragam putih-abu, ramai karena banyak kegiatan yang menyangkut Ujian Praktek, sekaligus melelahkan, dan yang paling utama adalah menghabiskan waktu. Sekitar Desember 2013, aku sudah diwanti-wanti oleh kakak iparku untuk fokus ke SBMPTN, bukan berarti beliau tidak mengharapkan aku lulus SNMPTN, beliau hanya mengharapkan aku mendapatkan yang terbaik, dan jangan sampai menyesal di akhir, dan tentu saja aku mengerti sekali maksud iparku itu. Untuk itu, iparku berbaik hati meminjamkan cakram DVD Zenius paket UN padaku dan bahkan memberikan voucher Zenius paket seminggu sebanyak dua buah, dengan harapan agar aku mulai fokus mempersiapkan SBMPTN. Saat itulah, aku mulai mengenal keberadaan Zenius.
Sumber: Dok. Pribadi

Inginku, tentu saja fokus belajar. Apalagi saat itu aku sangat antusias dengan metode pembelajaran Zenius. Namun, apalah mau dikata(cieeee...), beberapa mata ujian praktek mengharuskan murid untuk berkelompok secara per kelas yang jujur saja sangatttttttt menyita waktuku kala itu.

Pasca ujian praktek selesai, waktu itu sekitar pertengahan bulan Februari (bayangkan, ujian praktek selama satu setengah bulan!). Well, persiapannya sih yang lama, hampir tiga minggu lebih hanya untuk persiapan untuk beberapa mata uji praktek yang nyaris membuatku gila karena begitu menghabiskan waktu.

Beberapa minggu menjelang UN, Bapakku masuk ruang operasi, dokter internis berkata kalau Bapak mengidap penyakit hernia. Yah, dulu waktu muda Bapak memang sering angkat yang berat-berat. Lebih dari dua minggu beliau di rumah sakit di Tasikmalaya, karena entah kenapa Bapak meminta dioperasi di rumah sakit di kota kelahirannya. Meski aku khawatir karena tidak bisa menengok (sekolah sedang ada pemantapan UN dan Bapak tidak ingin aku tidak masuk sekolah), aku agak lega juga karena kakak sulungku dan banyak keluarga dari pihak Bapak tinggal di Tasikmalaya. 

Nah, pasca UN, aku beralih fokus ke SBMPTN. Sebenarnya, hal itu benar-benar di luar rencana awal. Sesuatu yang aku sesali waktu itu, meski aku segera sadar bahwa aku tidak punya waktu untuk berlarut-larut menyesal. Tentu aku berharap, aku lulus SNMPTN, tapi lebih baik terus belajar kan, sekalian siap-siap buat nanti kuliah kalau lulus nanti. Yah, expect the best but prepare for the worst, pikirku waktu itu.

Duka itu Belum Berakhir

Tepat satu hari sebelum pengumuman SNMPTN, keluargaku mendapat berita duka. Ibu dari Bapakku, atau nenekku dari pihak bapak, yang biasa kupanggil Emak, meninggal dunia. Hari itu juga, kami sekeluarga langsung bertolak ke Tasikmalaya. Esoknya, sesaat sebelum mengecek pengumuman, aku akui jika aku sempat berpikiran negatif, waktu itu aku berpikir, andai aku tidak lolos SNMPTN, hari itu akan melengkapi rentetan kelelahan yang kualami secara mental. Dan kenyataannya, aku gagal. 

Sumber: pmb2014.uny.ac.id


Setitik rasa iri muncul di hati ketika mengetahui bahwa salah satu kawanku, yang memilih pilihan yang sama, lulus. Aku sadar betul bahwa kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana cara panitia melakukan seleksi, tapi bagiku, cukup sulit mempertahankan akal sehat kala itu. Aku tidak berkata bahwa aku lebih baik atau bagaimana, hanya saja, di atas kertas, sekali lagi, di atas kertas, mungkin doaku waktu itu masih kurang barangkali? Entah.

Aku tahu, kawanku yang satu itu, secara tidak langsung menghindari untuk melakukan interaksi denganku. Hingga akhirnya, di acara ulang tahu salah satu teman sekelas kami, aku berbicara langsung dengannya. Jujur saja, ketika aku menatap matanya, aku menangkap sorot mata permohonan maaf dan penyesalan yang tidak terungkapkan, dan segala pikiran negatifku langsung lebur saat itu juga. Aku sadar, posisi kawanku itu jauh lebih sulit dari posisiku saat ini, tegakah aku menambah beban di hatinya? Tidak. Aku tidaklah sekejam itu. Sudah cukup, kubilang waktu itu, tidak perlu ada kata maaf, ini bukan salahmu, kamu tidak harus bersedih untuk aku.

Sumber: smktjp.net

Untuk membantu persiapan SBMPTN, aku mengikuti bimbel intensif di salah satu LBB di kotaku, yang memang dimulai sekitar bulan Januari tapi baru bisa kuikuti dengan baik ketika akhir Februari (tahu sendiri kenapa alasannya). Tidak terasa, bulan Juni pun tiba, aku menghadapi SBMPTN 2014. Untungnya, tahun 2014, panloknya ada di kota asalku, jadi Alhamdulillah, masalah lokasi ujian aku sudah mengenalnya dengan baik. 

Tanggal 16 Juli 2014 adalah hari pengumuman SBMPTN 2014. Aku berusaha mempersiapkan secara mental untuk menerima apa pun hasil yang kudapat. Dan hasilnya? Aku GAGAL, zonk, failed, atau istilah apa pun itu, tidak akan mengubah hasil yang kuterima. Lantas, apakah ceritanya habis sampai disitu? Aku harap kamu masih setia membaca oke? Kenapa? Karena cerita sebenarnya, baru dimulai setelah ini.

REBORN



Ya, reborn, terlahir kembali. Kupikir itulah kata yang tepat. Pasca SBMPTN, tentu banyak yang menyarankan saya untuk mengambil UM di beberapa PT, baik itu PTN atau pun PTS. Tapi saat itu aku mengambil salah satu keputusan yang aku tahu akan berpengaruh besar terhadap masa depanku. Aku ingin mengulang persiapan selama satu tahun penuh. Saat itu, aku mengirimkan SMS pada kakak sulungku yang menanyakan langkah hidupku selanjutnya, kukatakan tanpa ragu kalau aku akan melakukan persiapan lagi, kukatakan bahwa jika memang ini jalan yang harus kutempuh, maka biarlah, jadikan satu tahun ini menjadi berharga dengan menambah skill dan mengasah kemampuan. Kuungkapkan pula, if there are no ups and downs in my life, that's mean I am already dead. Bukankah tidak akan terdeteksi naik turunnya detak jantung seorang pasien di monitor EKG kalau pasien itu sudah mati?

Sumber: haris715.blogspot.com

Lalu seorang teman dekatku bertanya, apakah aku tidak menyesal melakukan ini semua? Aku yakin itu adalah pertanyaan semua orang yang mengenalku, namun hanya dia yang memiliki cukup keberanian untuk menanyakan langsung padaku. Aku tahu perkiraan konsekuensi yang akan kuterima, dalam menjalani "pertapaan" ini, mungkin akan ada malam dimana aku menangis sendiri di malam buta, akan kudapat tatapan iba dan kekecewaan yang disembunyikan, akan ada kecanggungan ketika orang bertanya dimana aku melanjutkan sekolah. Aku sadar akan konsekuensi itu, karena sejak awal, aku sudah memutuskan, jika aku tidak lolos SBMPTN 2014, aku akan membeli Zenius Xpedia Alumni dan belajar dengan benar, mengawali semuanya dari awal lagi.

Zenius dan Titik Balik Hidupku

Sumber: Dol. Pribadi

Agustus 2014, aku 'mengubek-ngubek' laman resmi Zenius, membaca artikel-artikelnya dari postingan pertama sampai yang terakhir di-update(serius). Dari sanalah aku mulai mengenal istilah semacam Deliberate Practice, konsep diri, bagaimana cara berpikir yang benar, pentingnya foundation, dan banyak lagi. Tentu aku cross-check dong, terutama soal Deliberate Practice, aku nemu buku yang bagus tentang DP, boleh dicari kok, judulnya Talent is Overrated karangan Geoff Colvin, dadan buku karya Daniel Coyle, judulnya The Talent Code. Untuk yang mau denger audiobooknya, klik aja disini.

Sumber: geoffcolvin.com/bio/
Klik profil singkat Geoff Colvin.

Sumber: thetalentcode.com
Klik profil singkat Daniel Coyle.

Keputusanku membeli Zenius Xpedia tidak dibuat dengan mudah, sebagai seorang calon pembeli aku ingin mengecek pasar dulu dong, mencari harga termurah. Namun, mencari yang ori meski bekas tidak ada. Jujur, aku sempat tergoda untuk membeli barang ilegal, yah DVD Zenius yang bajakan, sumpah ini beredar banyak di Internet waktu itu, kalau sekarang sih nggak tahu, mudah-mudahan makin berkurang aja. Tapi niatan itu akhirnya kupupus, karena nuraniku menyentak, kasarnya, 'Vin, ini lu mau beli ilmu, dimana kesadaran lu sebagai warga negara yang baik? Dimana kesadaran lu udah ngambil karya orang, tanpa si pencipta mendapatkan penghargaan? Lu mau kalo nanti nulis buku, dibajak gitu sama orang lain? Enggak kan?' Nah, itulah yang akhirnya berhasil menyadarkan aku, yah, kesananya aku mikir, beli paket Zenius Xpedia, it will lighten my pocket, but it will expand my mind. Dan aku sendiri sekarang ngerasa, harga segitu, untuk sesuatu yang bisa kita pake selama hidup kita, yang membuat kita menjadi manusia yang lebih baik, jauh banget.


Sumber: bookboon.com

Sejak rajin nongkrongin Zenius, aku mulai mengatur strategi lagi, mulai membuat jadwal target, dan yang paling penting aku mulai belajar dengan BENAR. Aku termasuk orang yang nggak bakal ngerti-ngerti kalau cuman dikasih formula-formula cepet tanpa dikasih konsep dasar yang kuat, dan di Zenius-lah aku mendapatkan konsep-konsep itu dengan metode belajar yang 'kena' sama aku. Mengubah cara pandang aku terhadap segala hal menjadi lebih baik. Because you does not have to be great to start, but you have to start to be great.



Sumber: mitchblunt.com

Entah itu petaka yang berbuah keberuntungan atau apa, yang jelas, karena dulu kakak sulungku kuliah di jurusan Sastra Bahasa Indonesia, otomatis rak-raknya di penuhi buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, Romo Y.B. Mangunwijaya, Korrie Layun Rampai, Ayu Utami, Anton Chekov, John Steinbeck, Agatha Christie, John Grisham, Eiji Yoshikawa, Stephen King, Dan Brown, Stephen R. Covey, Jack Canfield, dan lain-lain. Aku, yang waktu itu masih SMP dengan segudang waktu luang yang membuat aku kurang kerjaan, jadilah buku-buku karya para pengarang itu menjadi pelarian kebosanan. Kelas delapan adalah tahun ketika aku pertama kali mengidolakan sosok fiksi, yaitu Hercule Poirot, ada yang tahu? Heheheh. Makanya, ketika aku tahu Zenius dan baca-baca artikel-artikelnya, jelas aku langsung merasa 'nyetel' aku merasa menemukan orang-orang yang 'sehati' (lebay banget yah? :D ). Sehingga pengetahuan yang aku miliki menjadi utuh, enggak kekotak-kotak. Aku belajar memaknai kehidupan, dan memaknai apa yang aku pelajari, apa makna dari peristiwa yang terjadi di sekeliling aku, untuk itu aku berhutang banyak terima kasih buat tim Zenius. Terima kasih telah membantu aku melewati masa-masa yang 'berat' dalam hidupku, khususnya setahun terakhir ini, dan yang paling penting, terima kasih telah membantu menjadikan aku manusia yang lebih baik.

Aku, Zenius, dan Tahun Baru

Kini, hampir setahun sejak pertama kali mengenal Zenius, dan lebih dari setengah tahun Zenius menemani aku menjalani keseharianku. Kurasai sekali, aku banyak berubah, ke arah yang lebih baik tentunya, kuharap. Aku menjadi lebih skeptis dalam menyikapi sesuatu, tapi tetap open-minded, mencoba memandang setiap hal dari berbagai sudut pandang. Karena, seperti apa yang Ayu Utami katakan dalam bukunya yang berjudul Manjali dan Cakrabirawa (lanjutan dari sekuel Bilangan Fu), 'Seorang ilmuwan harus menguji apa yang ia percaya, bukannya mencari pembenaran atas apa yang ia percaya.' Dan aku sendiri percaya bahwa setiap orang harus berpikir kritis seperti ilmuwan, setidak-tidaknya, mengetahui dan mampu berpikir dengan benar. Dan aku pikir benar apa yang pernah diucapkan Mark Twain, bahwa yang bahaya itu bukanlah hal baru yang kita tahu, tetapi hal lama yang kita percayai dan salah.

Ada beberapa baris doa yang aku kutip dari buku karya Stephen R. Covey, doa ini menurut aku sangat universal, dan selalu aku baca tiap kali selesai shalat. "Tuhan, berikanlah aku keberanian untuk mengubah apa yang harus hamba ubah, ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa aku ubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya." Meski aku sendiri menambahkan sebaris kalimat versiku, "Tuhan, berikanlah aku keteguhan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik."


Oh, ya, sebelum tutup, anggap aja masih suasana tahun baru, aku pengen ngucapin terima kasih banget buat Bang Sabda, Bang Wisnu, Bang Pras, Bang Glenn Ardi, dan tutor-tutor Zenius lainnya, terima kasih sudah hadir dalam hidupku, meski kita belum pernah bertatap muka, karya kalian sangat bermanfaat, khususnya buat aku. Sekali lagi, terima kasih. Dan mohon kiranya berkenan untuk turut mendoakan agar aku bisa lolos SBMPTN 2015. Aamiin.

Dannn kalau aku boleh usul, aku boleh dong ya bikin daftar buku yang aku rekomendasiin banget buat kamu baca.

Sumber: pojokbukubuku.blogspot.com

Arok Dedes oleh Pramedya Ananta Toer (buku ini, seperti buku-buku Pram yang lain, mengajak kita berpikir, mengapa Arok waktu itu menggulingkan Tunggul Ametung, dan apakah yang dilakukan Arok itu benar-benar pemberontakan? Atau justru perjuangan? Well, silakan temukan jawabannya sendiri).

Sumber: bukuseni.com

Arus Balik oleh Pramoedya Ananta Toer, sejarah kedatangan Peranggi alias Portugis dan Ispanya alias Spanyol ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah, dan betapa hebatnya efek dari teknologi terhadap kehidupan manusia.

Sumber: amartapura.com

Burung-burung Manyar oleh Romo Y. B. Mangunwijaya. Sebuah roman dari sudut pandang seorang perwira KNIL, jujur aja saya sempet berkaca-kaca baca ceritanya.

Sumber: en.wikipedia.org

The Grapes of Wrath (Anggur Kemarahan) oleh John Steinbeck. Buku ini menceritakan tentang perjuangan sebuah keluarga di tahun sekitar 1930-an, ketika terjadi Great Depression di Amerika. Jujur, kalo aku inget akhir dari cerita buku ini, aku masih suka merinding sendiri karena ngeri dan getir. Maaf aku enggak nemu cover yang versi terjemahan bahasa Indonesianya, sedangkan buku yang aku baca disimpen di rumah kakak aku, maaf banget ya.

Sumber: engi-likeit.blogspot.com

Musashi oleh Eiji Yoshikawa, buku ini menceritakan kisah samurai terkenal Miyamoto Musashi dan tentang filosofi Bushido yang dijalani para samurai. Tapi kalau mau baca buku ini harus sabar, soalnya bukunya tebel bangettttt.

Yah, mungkin segitu dulu, makasih udah mau baca sampai akhir, semoga catatan kecil ini memberikan manfaat. Oh, ya, kalau mau diskusi, khususnya tentang buku boleh kok kontak aku via Twitter di @alfiyah96. Dadah. :D









If you enjoyed this post Subscribe to our feed

2 Comments

  1. Unknown |

    Itu xpedianya utk jurusan ipa?
    Apa mencakup materi dri kelas 10-12?
    Dijualkah cd xpedia nya? :) saya lagi butuh

     
  2. viny |

    Enggak kok, saya pakai yang IPC, tapi yang IPA juga ada. Iya, materinya lengkap kok. Mending beli paket xpedia, biar sekalian bisa belajar dari zenius.net. Makasih udah mampir. :D

     

Posting Komentar

Minggu, 04 Januari 2015

Belajar dengan Makna: Catatan Kecil Seorang Manusia




"You do not have to be great to start, but you have to start to be great."- Zig Ziglar

Sumber: www.youthconnectmag.com

2015! Finally! Yeay! Kamu dapetin ucapan selamat tahun baru dari aku. Heheheh, penting banget gitu ya ditulis. Tapi, yah, bener, aku pengen ngucapin dengan setulus hati, selamat tahun baru buat kamu, karena telah 100% berhasil melewati satu tahun lagi yang penuh peristiwa, baik suka maupun dula, semoga satu tahun yang telah berlalu itu membuat kita menjadi manusia yang lebih baik.

Oke, sekarang kawan mungkin penasaran, kenapa ya si penulis artikel mengawali tulisannya dengan quote dari Zig Ziglar? Yah, sedikit banyak tulisan aku kali ini akan menceritakan sedikit pengalaman pribadi aku selama tahun lalu yang bisa dibilang nano-nano banget. Jika harus bercerita tentang aku dan Zenius, aku pikir kita harus mulai dari tahun lalu. Ya, tahun 2014 yang baru saja kita lalui itu, adalah awal kisah antara aku dan Zenius.

Awal Tahun yang Ramai Sekaligus Melelahkan


Januari 2014 adalah dimulainya semester terakhir aku berseragam putih-abu, ramai karena banyak kegiatan yang menyangkut Ujian Praktek, sekaligus melelahkan, dan yang paling utama adalah menghabiskan waktu. Sekitar Desember 2013, aku sudah diwanti-wanti oleh kakak iparku untuk fokus ke SBMPTN, bukan berarti beliau tidak mengharapkan aku lulus SNMPTN, beliau hanya mengharapkan aku mendapatkan yang terbaik, dan jangan sampai menyesal di akhir, dan tentu saja aku mengerti sekali maksud iparku itu. Untuk itu, iparku berbaik hati meminjamkan cakram DVD Zenius paket UN padaku dan bahkan memberikan voucher Zenius paket seminggu sebanyak dua buah, dengan harapan agar aku mulai fokus mempersiapkan SBMPTN. Saat itulah, aku mulai mengenal keberadaan Zenius.
Sumber: Dok. Pribadi

Inginku, tentu saja fokus belajar. Apalagi saat itu aku sangat antusias dengan metode pembelajaran Zenius. Namun, apalah mau dikata(cieeee...), beberapa mata ujian praktek mengharuskan murid untuk berkelompok secara per kelas yang jujur saja sangatttttttt menyita waktuku kala itu.

Pasca ujian praktek selesai, waktu itu sekitar pertengahan bulan Februari (bayangkan, ujian praktek selama satu setengah bulan!). Well, persiapannya sih yang lama, hampir tiga minggu lebih hanya untuk persiapan untuk beberapa mata uji praktek yang nyaris membuatku gila karena begitu menghabiskan waktu.

Beberapa minggu menjelang UN, Bapakku masuk ruang operasi, dokter internis berkata kalau Bapak mengidap penyakit hernia. Yah, dulu waktu muda Bapak memang sering angkat yang berat-berat. Lebih dari dua minggu beliau di rumah sakit di Tasikmalaya, karena entah kenapa Bapak meminta dioperasi di rumah sakit di kota kelahirannya. Meski aku khawatir karena tidak bisa menengok (sekolah sedang ada pemantapan UN dan Bapak tidak ingin aku tidak masuk sekolah), aku agak lega juga karena kakak sulungku dan banyak keluarga dari pihak Bapak tinggal di Tasikmalaya. 

Nah, pasca UN, aku beralih fokus ke SBMPTN. Sebenarnya, hal itu benar-benar di luar rencana awal. Sesuatu yang aku sesali waktu itu, meski aku segera sadar bahwa aku tidak punya waktu untuk berlarut-larut menyesal. Tentu aku berharap, aku lulus SNMPTN, tapi lebih baik terus belajar kan, sekalian siap-siap buat nanti kuliah kalau lulus nanti. Yah, expect the best but prepare for the worst, pikirku waktu itu.

Duka itu Belum Berakhir

Tepat satu hari sebelum pengumuman SNMPTN, keluargaku mendapat berita duka. Ibu dari Bapakku, atau nenekku dari pihak bapak, yang biasa kupanggil Emak, meninggal dunia. Hari itu juga, kami sekeluarga langsung bertolak ke Tasikmalaya. Esoknya, sesaat sebelum mengecek pengumuman, aku akui jika aku sempat berpikiran negatif, waktu itu aku berpikir, andai aku tidak lolos SNMPTN, hari itu akan melengkapi rentetan kelelahan yang kualami secara mental. Dan kenyataannya, aku gagal. 

Sumber: pmb2014.uny.ac.id


Setitik rasa iri muncul di hati ketika mengetahui bahwa salah satu kawanku, yang memilih pilihan yang sama, lulus. Aku sadar betul bahwa kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana cara panitia melakukan seleksi, tapi bagiku, cukup sulit mempertahankan akal sehat kala itu. Aku tidak berkata bahwa aku lebih baik atau bagaimana, hanya saja, di atas kertas, sekali lagi, di atas kertas, mungkin doaku waktu itu masih kurang barangkali? Entah.

Aku tahu, kawanku yang satu itu, secara tidak langsung menghindari untuk melakukan interaksi denganku. Hingga akhirnya, di acara ulang tahu salah satu teman sekelas kami, aku berbicara langsung dengannya. Jujur saja, ketika aku menatap matanya, aku menangkap sorot mata permohonan maaf dan penyesalan yang tidak terungkapkan, dan segala pikiran negatifku langsung lebur saat itu juga. Aku sadar, posisi kawanku itu jauh lebih sulit dari posisiku saat ini, tegakah aku menambah beban di hatinya? Tidak. Aku tidaklah sekejam itu. Sudah cukup, kubilang waktu itu, tidak perlu ada kata maaf, ini bukan salahmu, kamu tidak harus bersedih untuk aku.

Sumber: smktjp.net

Untuk membantu persiapan SBMPTN, aku mengikuti bimbel intensif di salah satu LBB di kotaku, yang memang dimulai sekitar bulan Januari tapi baru bisa kuikuti dengan baik ketika akhir Februari (tahu sendiri kenapa alasannya). Tidak terasa, bulan Juni pun tiba, aku menghadapi SBMPTN 2014. Untungnya, tahun 2014, panloknya ada di kota asalku, jadi Alhamdulillah, masalah lokasi ujian aku sudah mengenalnya dengan baik. 

Tanggal 16 Juli 2014 adalah hari pengumuman SBMPTN 2014. Aku berusaha mempersiapkan secara mental untuk menerima apa pun hasil yang kudapat. Dan hasilnya? Aku GAGAL, zonk, failed, atau istilah apa pun itu, tidak akan mengubah hasil yang kuterima. Lantas, apakah ceritanya habis sampai disitu? Aku harap kamu masih setia membaca oke? Kenapa? Karena cerita sebenarnya, baru dimulai setelah ini.

REBORN



Ya, reborn, terlahir kembali. Kupikir itulah kata yang tepat. Pasca SBMPTN, tentu banyak yang menyarankan saya untuk mengambil UM di beberapa PT, baik itu PTN atau pun PTS. Tapi saat itu aku mengambil salah satu keputusan yang aku tahu akan berpengaruh besar terhadap masa depanku. Aku ingin mengulang persiapan selama satu tahun penuh. Saat itu, aku mengirimkan SMS pada kakak sulungku yang menanyakan langkah hidupku selanjutnya, kukatakan tanpa ragu kalau aku akan melakukan persiapan lagi, kukatakan bahwa jika memang ini jalan yang harus kutempuh, maka biarlah, jadikan satu tahun ini menjadi berharga dengan menambah skill dan mengasah kemampuan. Kuungkapkan pula, if there are no ups and downs in my life, that's mean I am already dead. Bukankah tidak akan terdeteksi naik turunnya detak jantung seorang pasien di monitor EKG kalau pasien itu sudah mati?

Sumber: haris715.blogspot.com

Lalu seorang teman dekatku bertanya, apakah aku tidak menyesal melakukan ini semua? Aku yakin itu adalah pertanyaan semua orang yang mengenalku, namun hanya dia yang memiliki cukup keberanian untuk menanyakan langsung padaku. Aku tahu perkiraan konsekuensi yang akan kuterima, dalam menjalani "pertapaan" ini, mungkin akan ada malam dimana aku menangis sendiri di malam buta, akan kudapat tatapan iba dan kekecewaan yang disembunyikan, akan ada kecanggungan ketika orang bertanya dimana aku melanjutkan sekolah. Aku sadar akan konsekuensi itu, karena sejak awal, aku sudah memutuskan, jika aku tidak lolos SBMPTN 2014, aku akan membeli Zenius Xpedia Alumni dan belajar dengan benar, mengawali semuanya dari awal lagi.

Zenius dan Titik Balik Hidupku

Sumber: Dol. Pribadi

Agustus 2014, aku 'mengubek-ngubek' laman resmi Zenius, membaca artikel-artikelnya dari postingan pertama sampai yang terakhir di-update(serius). Dari sanalah aku mulai mengenal istilah semacam Deliberate Practice, konsep diri, bagaimana cara berpikir yang benar, pentingnya foundation, dan banyak lagi. Tentu aku cross-check dong, terutama soal Deliberate Practice, aku nemu buku yang bagus tentang DP, boleh dicari kok, judulnya Talent is Overrated karangan Geoff Colvin, dadan buku karya Daniel Coyle, judulnya The Talent Code. Untuk yang mau denger audiobooknya, klik aja disini.

Sumber: geoffcolvin.com/bio/
Klik profil singkat Geoff Colvin.

Sumber: thetalentcode.com
Klik profil singkat Daniel Coyle.

Keputusanku membeli Zenius Xpedia tidak dibuat dengan mudah, sebagai seorang calon pembeli aku ingin mengecek pasar dulu dong, mencari harga termurah. Namun, mencari yang ori meski bekas tidak ada. Jujur, aku sempat tergoda untuk membeli barang ilegal, yah DVD Zenius yang bajakan, sumpah ini beredar banyak di Internet waktu itu, kalau sekarang sih nggak tahu, mudah-mudahan makin berkurang aja. Tapi niatan itu akhirnya kupupus, karena nuraniku menyentak, kasarnya, 'Vin, ini lu mau beli ilmu, dimana kesadaran lu sebagai warga negara yang baik? Dimana kesadaran lu udah ngambil karya orang, tanpa si pencipta mendapatkan penghargaan? Lu mau kalo nanti nulis buku, dibajak gitu sama orang lain? Enggak kan?' Nah, itulah yang akhirnya berhasil menyadarkan aku, yah, kesananya aku mikir, beli paket Zenius Xpedia, it will lighten my pocket, but it will expand my mind. Dan aku sendiri sekarang ngerasa, harga segitu, untuk sesuatu yang bisa kita pake selama hidup kita, yang membuat kita menjadi manusia yang lebih baik, jauh banget.


Sumber: bookboon.com

Sejak rajin nongkrongin Zenius, aku mulai mengatur strategi lagi, mulai membuat jadwal target, dan yang paling penting aku mulai belajar dengan BENAR. Aku termasuk orang yang nggak bakal ngerti-ngerti kalau cuman dikasih formula-formula cepet tanpa dikasih konsep dasar yang kuat, dan di Zenius-lah aku mendapatkan konsep-konsep itu dengan metode belajar yang 'kena' sama aku. Mengubah cara pandang aku terhadap segala hal menjadi lebih baik. Because you does not have to be great to start, but you have to start to be great.



Sumber: mitchblunt.com

Entah itu petaka yang berbuah keberuntungan atau apa, yang jelas, karena dulu kakak sulungku kuliah di jurusan Sastra Bahasa Indonesia, otomatis rak-raknya di penuhi buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, Romo Y.B. Mangunwijaya, Korrie Layun Rampai, Ayu Utami, Anton Chekov, John Steinbeck, Agatha Christie, John Grisham, Eiji Yoshikawa, Stephen King, Dan Brown, Stephen R. Covey, Jack Canfield, dan lain-lain. Aku, yang waktu itu masih SMP dengan segudang waktu luang yang membuat aku kurang kerjaan, jadilah buku-buku karya para pengarang itu menjadi pelarian kebosanan. Kelas delapan adalah tahun ketika aku pertama kali mengidolakan sosok fiksi, yaitu Hercule Poirot, ada yang tahu? Heheheh. Makanya, ketika aku tahu Zenius dan baca-baca artikel-artikelnya, jelas aku langsung merasa 'nyetel' aku merasa menemukan orang-orang yang 'sehati' (lebay banget yah? :D ). Sehingga pengetahuan yang aku miliki menjadi utuh, enggak kekotak-kotak. Aku belajar memaknai kehidupan, dan memaknai apa yang aku pelajari, apa makna dari peristiwa yang terjadi di sekeliling aku, untuk itu aku berhutang banyak terima kasih buat tim Zenius. Terima kasih telah membantu aku melewati masa-masa yang 'berat' dalam hidupku, khususnya setahun terakhir ini, dan yang paling penting, terima kasih telah membantu menjadikan aku manusia yang lebih baik.

Aku, Zenius, dan Tahun Baru

Kini, hampir setahun sejak pertama kali mengenal Zenius, dan lebih dari setengah tahun Zenius menemani aku menjalani keseharianku. Kurasai sekali, aku banyak berubah, ke arah yang lebih baik tentunya, kuharap. Aku menjadi lebih skeptis dalam menyikapi sesuatu, tapi tetap open-minded, mencoba memandang setiap hal dari berbagai sudut pandang. Karena, seperti apa yang Ayu Utami katakan dalam bukunya yang berjudul Manjali dan Cakrabirawa (lanjutan dari sekuel Bilangan Fu), 'Seorang ilmuwan harus menguji apa yang ia percaya, bukannya mencari pembenaran atas apa yang ia percaya.' Dan aku sendiri percaya bahwa setiap orang harus berpikir kritis seperti ilmuwan, setidak-tidaknya, mengetahui dan mampu berpikir dengan benar. Dan aku pikir benar apa yang pernah diucapkan Mark Twain, bahwa yang bahaya itu bukanlah hal baru yang kita tahu, tetapi hal lama yang kita percayai dan salah.

Ada beberapa baris doa yang aku kutip dari buku karya Stephen R. Covey, doa ini menurut aku sangat universal, dan selalu aku baca tiap kali selesai shalat. "Tuhan, berikanlah aku keberanian untuk mengubah apa yang harus hamba ubah, ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa aku ubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya." Meski aku sendiri menambahkan sebaris kalimat versiku, "Tuhan, berikanlah aku keteguhan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik."


Oh, ya, sebelum tutup, anggap aja masih suasana tahun baru, aku pengen ngucapin terima kasih banget buat Bang Sabda, Bang Wisnu, Bang Pras, Bang Glenn Ardi, dan tutor-tutor Zenius lainnya, terima kasih sudah hadir dalam hidupku, meski kita belum pernah bertatap muka, karya kalian sangat bermanfaat, khususnya buat aku. Sekali lagi, terima kasih. Dan mohon kiranya berkenan untuk turut mendoakan agar aku bisa lolos SBMPTN 2015. Aamiin.

Dannn kalau aku boleh usul, aku boleh dong ya bikin daftar buku yang aku rekomendasiin banget buat kamu baca.

Sumber: pojokbukubuku.blogspot.com

Arok Dedes oleh Pramedya Ananta Toer (buku ini, seperti buku-buku Pram yang lain, mengajak kita berpikir, mengapa Arok waktu itu menggulingkan Tunggul Ametung, dan apakah yang dilakukan Arok itu benar-benar pemberontakan? Atau justru perjuangan? Well, silakan temukan jawabannya sendiri).

Sumber: bukuseni.com

Arus Balik oleh Pramoedya Ananta Toer, sejarah kedatangan Peranggi alias Portugis dan Ispanya alias Spanyol ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah, dan betapa hebatnya efek dari teknologi terhadap kehidupan manusia.

Sumber: amartapura.com

Burung-burung Manyar oleh Romo Y. B. Mangunwijaya. Sebuah roman dari sudut pandang seorang perwira KNIL, jujur aja saya sempet berkaca-kaca baca ceritanya.

Sumber: en.wikipedia.org

The Grapes of Wrath (Anggur Kemarahan) oleh John Steinbeck. Buku ini menceritakan tentang perjuangan sebuah keluarga di tahun sekitar 1930-an, ketika terjadi Great Depression di Amerika. Jujur, kalo aku inget akhir dari cerita buku ini, aku masih suka merinding sendiri karena ngeri dan getir. Maaf aku enggak nemu cover yang versi terjemahan bahasa Indonesianya, sedangkan buku yang aku baca disimpen di rumah kakak aku, maaf banget ya.

Sumber: engi-likeit.blogspot.com

Musashi oleh Eiji Yoshikawa, buku ini menceritakan kisah samurai terkenal Miyamoto Musashi dan tentang filosofi Bushido yang dijalani para samurai. Tapi kalau mau baca buku ini harus sabar, soalnya bukunya tebel bangettttt.

Yah, mungkin segitu dulu, makasih udah mau baca sampai akhir, semoga catatan kecil ini memberikan manfaat. Oh, ya, kalau mau diskusi, khususnya tentang buku boleh kok kontak aku via Twitter di @alfiyah96. Dadah. :D









2 komentar:

  1. Itu xpedianya utk jurusan ipa?
    Apa mencakup materi dri kelas 10-12?
    Dijualkah cd xpedia nya? :) saya lagi butuh

    BalasHapus
  2. Enggak kok, saya pakai yang IPC, tapi yang IPA juga ada. Iya, materinya lengkap kok. Mending beli paket xpedia, biar sekalian bisa belajar dari zenius.net. Makasih udah mampir. :D

    BalasHapus